Tampilkan postingan dengan label Cerita Ramadhan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Ramadhan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Juni 2017

Peramu Taktik Jitu Perang Badar Al-Khabab bin Al-Mundzir

Peramu Taktik Jitu Perang Badar Al-Khabab bin Al-Mundzir


Peramu Taktik Jitu Perang Badar Al-Khabab bin Al-Mundzir

Memenangkan satu peperangan tak hanya berbekal kekuatan. Taktik jitu dibutuhkan demi bisa meraih kemenangan pertempuran.

Seperti kisah yang menceritakan seorang pemuda Al-Khabab bin Al-Mundzir. Bagaimana dia memberanikan diri memberikan pandangan  perihal taktik menghadapi musuh saat Perang Badar dan membawa Umat Islam pada kemenangan.


Ketika pagi menyingsing dan matahari mulai memperlihatkan sinarnya, beberapa pasukan muslim mempersiapkan diri untuk berangkat ke medan tempur melawan pasukan kafir Quraisy yang selama ini menzalimi mereka.

Sama sekali tidak ada ketakutan pada raut wajah mereka. Menjadi syahid dalam peperangan pada saat itu adalah hal yang sangat diidamkan oleh setiap muslim.

Pasukan itu dipimpin langsung Rasulullah SAW. bersama para sahabat-sahabat tercintanya. Mulai Abu Bakar, Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib dan beberapa sahabat yang lainnya. Mereka lah para sahabat yang disebutkan dalam Al-Quran sebagai As-Sabiqunal Awwalun yang sudah mendapatkan jatah khusus Allah ke surga-Nya.

Para pasukan itu sebenarnya dipersiapkan untuk menghentikan laju kafilah dagang kafir Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan. Namun ternyata kafilah dagang Abu Sufyan lebih memilih jalur memutar agar tidak bertemu dengan pasukan Islam.

Rasul pun mengarahkan pasukannya menuju bukit Badar. Sebuah bukit yang berada di dekat kota Madinah. Namun sayangnya, masih ada beberapa pasukan yang lebih menyarankan Rasul untuk menunggui kafilah dagang Abu Sufyan saja. Hingga muncullah teguran dari Allah:

“Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjata lah yang untukmu,dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir”.

Sehingga mereka pun bersepakat untuk tetap berangkat menuju mata air Badar dan mengabaikan kafilah dagang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan.

Setibanya di mata air Badar, Rasulullah pun memerintahkan pasukannya untuk mencari posisi yang tepat sebagai pos pertahanan mereka. Rasulullah kemudian menjadikan lembah badar sebagai pos pertahanan mereka. Yakni tepatnya di sumur pertama yang dilalui mereka.

Peramu Taktik Jitu Perang Badar Al-Khabab bin Al-MundzirNamun, datanglah seorang pria pejuang pemberani kepada Rasulullah SAW. Nampaknya pria ini telah memiliki rencana lain selain rencana yang telah diputuskan oleh Rasulullah.

Pria itu bernama Al-Khabab bin al-Mundzir. Ia dengan hati-hati bertanya kepada Rasul. Ia tidak ingin menjadi sahabat yang membantah titah dan perintah Rasulullah SAW.

“Wahai Rasulullah , ampunilah aku jika terlalu lancang bertanya kepadamu. Wahai Rasul, apakah tempat ini adalah tempat yang diwahyukan oleh Allah SWT kepadamu sehingga engkau tidak bisa menolaknya atau tempat ini hanyalah pendapat pribadimu yang merupakan bagian dan siasat perang?”

Rasulullah SAW kemudian menjawab, “Bukan wahai Khabab, ini hanyalah pendapatku semata. Ini bukan wahyu dari Allah”

Dia pun menjawab, “Jika benar begitu, bolehkah aku berpendapat wahai Rasul?”

Pria ini kemudian melanjutkan pertanyaannya dengan tenang dan hati-hati. Ia takut jika pendapatnya ini menyakiti perasaan Rasul atau mungkin tidak diterimanya.

Usulan Al-Khabab bin al-Mundzir

“Wahai Rasul, menurut pendapat ku, tempat ini bukan merupakan tempat yang baik. Kita seharusnya berada di tempat yang lebih dekat dengan sumber air. Mari kita bawa pasukan menuju sumber air. Setelah sumber air kita kuasai, kita tutup sumber air itu. Setelah itu kita harus membuat kolam yang kita isi dengan air dari sumber itu. Posisi ini akan sangat menguntungkan pasukan kita, karena persediaan air kita bisa terjamin sedangkan mereka tidak. Sehingga mereka akan kehausan karena kehabisan persediaan air.”

Usulan Khabab ini sangat diapresiasi Rasulullah. Tanpa fikir panjang, Rasulullah kemudian memerintahkan pasukannya sesuai dengan arahan dan pendapat Khabab.

Dan akhirnya taktik Khabab pun berhasil. Pasukan muslim mendapatkan persediaan air yang cukup selama berperang. Sedangkan kafir Quraisy kehausan dan kelaparan karena sumber air itu telah ditutup.

Senin, 29 Mei 2017

100 Tahun Berdiri sebagai Gereja, Kini Menjadi Masjid

100 Tahun Berdiri sebagai Gereja, Kini Menjadi Masjid


Pemandangan berbeda tampak di sebuah bangunan di Bridgeport, Connecticut, Amerika Serikat. Setelah sekitar 100 tahun bangunan itu berdiri sebagai gereja, kini di tempat yang sama azan berkumandang.

Bangunan yang terletak di sudut Park Avenue dan State Street itu dulunya adalah gereja United Congregational sebelum akhirnya dibeli dan dijadikan pusat komunitas Bridgeport Islamic.

Pusat komunitas itu untuk pertama kalinya menggelar salat Jumat pada 26 Mei 2017. Salat Jumat dipimpin oleh imam Sheikh Mohamed Abdelati. Kala itu ia berkhotbah tentang cinta, kasih sayang, dan kedamaian.

Sekitar 400 jemaah mengikuti salat Jumat. Ruangan yang dulu dipenuhi oleh bangku-bangku gereja kini berganti dengan hamparan karpet berwarna merah marun buatan Turki.

Bulan sabit, simbol Islam, sejak awal Mei telah ditempatkan di puncak menara, menggantikan salib yang telah bertengger di sana sejak tahun 1920-an.

"Kepada saudara-saudara muslim, kami hadir untuk mendukung Anda, bekerja sama dengan Anda untuk bersatu dan mendukung generasi muda, anak-anak, komunitas kita. Dan kepada saudara dan saudari non muslim, pesan kami adalah bahwa kami berbagi komunitas ini dengan Anda. Anda adalah bagian dari kami dan kami adalah bagian dari Anda," kata Abdelati.

"Ini adalah hari besar bukan hanya untuk masyarakat kita, tapi untuk seluruh kota," imbuhnya dalam khotbah selama 40 menit.

Usai salat Jumat, Profesor Ahmed Ebrahim dari Fairfield University yang sekaligus presiden dari Islamic Center tersebut meminta para sukarelawan melanjutkan program yang pernah dijalankan oleh pihak gereja: membuka dapur umum.

Menurut pastor Sara Smith, keputusan untuk menjual bangunan itu karena biaya pemeliharaannya sangat mahal sementara jumlah jemaat gereja terus menyusut.

Namun di lain sisi, fakta mengungkapkan bahwa komunitas muslim di daerah tersebut berkembang pesat. Ebrahim memperkirakan saat ini terdapat 1.000 keluarga muslim di kawasan itu.